Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, mengungkapkan bahwa dirinya berupaya menyerap watak-watak orang Jepang, khususnya para pemain sumo.
Dia mengaku sangat mengagumi sportifitas serta kerendahhatian para pemain olahraga tradisional Jepang itu, terutama cara mereka dalam menyikapi kekalahan dan kemenangan.
"Dalam hal mengontrol emosi, saya berusaha untuk sedikit demi sedikit menjadi seperti pesumo Jepang. Sumo emmberi saya banyak pelajaran," kata Wenger seperti dikutip The Sun, Sabtu (3/2).
Ia menuturkan, dalam olahraga sumo, pemenang tak pernah mengungkapkan kegembiraannya yang sampai menyinggung perasaan si pecundang. Respek seperti yang ditunjukkan olahragawan sumo itu tidak dia lihat dalam persepakbolaan di Inggris. "Di sini, tim pemenang pertandingan melompat-lompat kegirangan di depan mata tim yang kalah," kata pelatih asal Prancis berusia 57 tahun itu.
"Dari sumo, saya belajar agar wajar saja dalam merayakan kemenangan, dan jangan terkesan melecehkan pihak yang kalah."
Kalau Wenger cukup paham sumo, itu bisa dimengerti. Sebab, pada 1994-1996 pelatih bola yang bergeral MA (Master of Art) dalam bidang ekonomi ini pernah menangani klub Liga Jepang (J-League), Grampus Eight, sebelum gabung Arsenal pada akhir 1996.
"Ada lain sisi-sisi lain yang membuat saya kagum. Misalnya, di sumo tak ada draw, hanya ada pemenang dan pecundang," tambah Wenger, yang karirnya sebagai pemain bola tak semencorong karirnya sebagai pelatih.
Ia terakhir memperkuat klub kota kelahirannya, Strasbourg, saat menang atas AS Monaco untuk memenangkan Liga Prancis pada 1979. Pada 1981, setelah meraih diploma dalam kepelatihan, Wenger lebih memilih bkerja sebagai pelatih sepak bola daripada menggunakan ilmu akademisnya.
Kendati berusaha meniru watak para pesumo, The Sun sempat mempertanyakan gegeran Wenger dengan pelatih West Ham (saat itu) Alan Pardew ketika timnya dikalahkan 1-0 di Premiership pada 4 November lalu. Saat itu, para pemain West Ham merayakan kemenangan di depan tempat duduk para pemain Arsenal.
Namun Wenger menambahkan, kemarahannya pada Pardew saat itu bukanlah akhir dari sifat-sifat Jepang yang ada dalam dirinya. "Yakinlah, sifat-sifat belum hilang," kata Wenger.
"Setidaknya, kalau seseorang merasa tak terhormat jika tak memberikan yang terbaik dari dirinya, itu berarti masih ada sifat Jepang dia. Dan, saya rasa, saya masih seperti itu."
Wenger mengaku dirinya mendapatkan lebih banyak uang selama bersama Arsenal dibandingkan saat melatih di Jepang. Tapi, ia menekankan: "Jika kalian menanyakan apa yang saya peroleh tahun lalu, tak ada yang bisa diceritakan. Jika anda bekerja 12 jam sehari, uang yang banyak itu lantas untuk apa? Kamu tak punya waktu untuk memakainya berbelanja."
Wenger adalah satu-satunya manajer asing yang pernah memenangkan trofi ganda di Inggris, yakni pada 1998 dan 2002. Pada 2004, Wenger bahkan mencatatkan namanya sebagai satu-satunya pelatih dalam sejarah Premiership yang membawa klubnya selama satu musim penuh tanpa kekalahan.
source: surya online